Tampilkan postingan dengan label Mencari Ilmu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mencari Ilmu. Tampilkan semua postingan

Minggu, 15 April 2012

Nasehat Emas Imam Asy-Syafi’i

Beliau rahimahullah berkata dalam kitab Diwan Al-Imam Asy-Syafi’i,

Aku melihat pemilik ilmu hidupnya mulia walau ia dilahirkan dari orangtua terhina.
Ia terus menerus menerus terangkat hingga pada derajat tinggi dan mulia.
Umat manusia mengikutinya dalam setiap keadaan laksana pengembala kambing ke sana sini diikuti hewan piaraan.
Jikalau tanpa ilmu umat manusia tidak akan merasa bahagia dan tidak mengenal halal dan haram.

Diantara keutamaan ilmu kepada penuntutnya adalah semua umat manusia dijadikan sebagai pelayannya.
Wajib menjaga ilmu laksana orang menjaga harga diri dan kehormatannya.
Siapa yang mengemban ilmu kemudian ia titipkan kepada orang yang bukan ahlinya karena kebodohannya maka ia akan mendzoliminya.

Wahai saudaraku, ilmu tidak akan diraih kecuali dengan enam syarat dan akan aku ceritakan perinciannya dibawah ini:
Cerdik, perhatian tinggi, sungguh-sungguh, bekal, dengan bimbingan guru dan panjangnya masa.
Setiap ilmu selain Al-Qur’an melalaikan diri kecuali ilmu hadits dan fikih dalam beragama.
Ilmu adalah yang berdasarkan riwayat dan sanad maka selain itu hanya was-was setan.

Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru.
Sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya.
Barangsiapa belum merasakan pahitnya belajar walau sebentar,
Ia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.
Dan barangsiapa ketinggalan belajar di masa mudanya,
Maka bertakbirlah untuknya empat kali karena kematiannya.
Demi Allah hakekat seorang pemuda adalah dengan ilmu dan takwa.
Bila keduanya tidak ada maka tidak ada anggapan baginya.

Ilmu adalah tanaman kebanggaan maka hendaklah Anda bangga dengannya. Dan berhati-hatilah bila kebanggaan itu terlewatkan darimu.
Ketahuilah ilmu tidak akan didapat oleh orang yang pikirannya tercurah pada makanan dan pakaian.
Pengagum ilmu akan selalu berusaha baik dalam keadaan telanjang dan berpakaian.
Jadikanlah bagi dirimu bagian yang cukup dan tinggalkan nikmatnya tidur
Mungkin suatu hari kamu hadir di suatu majelis menjadi tokoh besar di tempat majelsi itu.

***
Disadur dari kitab Kaifa Turabbi Waladan Shalihan (Terj. Begini Seharusnya Mendidik Anak), Al-Maghrbi bin As-Said Al-Maghribi, Darul Haq.
Artikel Muslimah.or.id
readmore »»  
Baca Selengkapnya..

Selasa, 13 Desember 2011

15 PETUNJUK MENGUATKAN IMAN


Takseorangpun bisa menjamin dirinya akan tetap terus berada dalam keimanansehingga meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Untuk itu kita perlumerawat bahkan senantiasa berusaha menguatkan keimanan kita. Tulisanini insya'allah membantu kita dalam usaha mulia itu.

Tsabat (kekuatan keteguhan iman) adalah tuntutan asasi setiapmuslim. Karena itu tema ini penting dibahas. Ada beberapa alasanmengapa tema ini begitu sangat perlu mendapat perhatian serius.

Pertama, pada zaman ini kaum muslimin hidup di tengahberbagai macam fitnah, syahwat dan syubhat dan hal-hal itu sangatberpotensi menggerogoti iman. Maka kekuatan iman merupakan kebutuhanmuthlak, bahkan lebih dibutuhkan dibanding pada masa generasi sahabat,karena kerusakan manusia di segala bidang telah menjadi fenomena umum.
Sumber.

Kedua, banyak terjadi pemurtadan dan konversi(perpindahan) agama. Jika pada awal kemerdekaan jumlah umat Islam diIndonesia mencapai 90 % maka saat ini jumlah itu telah berkurang hampir5%. Ini tentu menimbulkan kekhawatiran mendalam. Untuk menga-tasinyadiperlukan jalan keluar, sehingga setiap muslim tetap memiliki kekuataniman.

Ketiga, pembahasan masalah tsabat berkait erat dengan masalah hati. Padahal Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Dinamakanhati karena ia (selalu) berbolak-balik. Perumpamaan hati itu bagaikanbulu yang ada di pucuk pohon yang diombang-ambingkan oleh angin." (HR. Ahmad, Shahihul Jami' no. 2361)

Maka, mengukuhkan hati yang senantiasa berbolak-balik itu dibutuhkan usaha keras, agar hati tetap teguh dalam keimanan.Dan sungguh Allah Maha Rahman dan Rahim kepada hambaNya. Melalui AlQur'an dan Sunnah RasulNya Ia memberikan petunjuk bagaimana caramencapai tsabat. Berikut ini penjelasan 15 petunjuk berdasarkan AlQur'an dan Sunnah untuk memelihara kekuatan dan keteguhan iman kita.

Akrab dengan Al Qur'an

Al Qur'an merupakan petunjuk utama mencapai tsabat. Al Qur'anadalah tali penghubung yang amat kokoh antara hamba dengan Rabbnya.Siapa akrab dan berpegang teguh dengan Al Qur'an niscaya Allahmemeliharanya; siapa mengikuti Al Qur'an, niscaya Allahmenyelamatkannya; dan siapa yang mendakwahkan Al Qur'an, niscaya Allahmenunjukinya ke jalan yang lurus.

Dalam hal ini Allah berfirman: "Orang-orangkafir berkata, mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekaliturun saja? Demikianlah supaya Kami teguhkan hatimu dengannya dan Kamimembacakannya secara tartil (teratur dan benar)." (Al Furqan: 32-33)

Beberapa alasan mengapa Al Qur'an dijadikan sebagai sumber utamamencapai tsabat adalah: Pertama, Al Qur'an menanamkan keimanan danmensucikan jiwa seseorang, karena melalui Al Qur'an, hubungan kepadaAllah menjadi sangat dekat. Kedua, ayat-ayat Al Qur'an diturunkansebagai penentram hati, menjadi penyejuk dan penyelamat hati orangberiman sekaligus benteng dari hempasan berbagai badai fitnah. Ketiga,Al Qur'an menunjukkan konsepsi serta nilai-nilai yang dijaminkebenarannya. Karena itu, seorang mukmin akan menjadikan Al Qur'ansebagai ukuran kebenaran. Keempat, Al Qur'an menjawab berbagai tuduhanorang-orang kafir, munafik dan musuh Islam lainnya. Seperti ketikaorang-orang musyrik berkata, Muhammad ditinggalkan Rabbnya, makaturunlah ayat: "Rabbmu tidaklah meninggalkan kamu dan tidak (pula) benci kepadamu."(Adl Dluha: 3) (Syarh Nawawi,12/156) Orang yang akrab dengan Al Qur'anakan menyandarkan semua perihalnya kepada Al Qur'an dan tidak kepadaperkataan manusia. Maka, betapa agung sekiranya penuntut ilmu dalamsegala disiplinnya menjadikan Al Qur'an berikut tafsirnya sebagai obyekutama kegiatannya menuntut ilmu.

Iltizam (komitmen) terhadap syari'at Allah

Allah berfirman: "Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang berimandengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akherat.Dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim. Dan Allah berbuat apasaja yang Ia kehendaki." (Ibrahim: 27)
Di ayat lain Allah menjelaskan jalan mencapai tsabat yang dimaksud."Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikankepada mereka, tentulah hal demikian itu lebih baik bagi mereka danlebih meneguhkan (hati mereka di atas kebenaran)." (An Nisa': 66)

Karena itu, menjelaskan surat Ibrahim di atas Qatadahberkata:-"Adapun dalam kehidupan di dunia, Allah meneguhkan orang-orangberiman dengan kebaikan dan amal shalih sedang yang dimaksud dengankehidupan akherat adalah alam kubur." (Ibnu Katsir: IV/421)

Maka jelas sekali, sangat mustahil orang-orang yang malas berbuatkebaikan dan amal shaleh diharapkan memiliki keteguhan iman. Karenaitu, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam senantiasa melakukan amal shalehsecara kontinyu, sekalipun amalan itu sedikit, demikian pula halnyadengan para sahabat. Komitmen untuk senantiasa menjalankan syariatIslam akan membentuk kepribadian yang tangguh, dan iman pun menjaditeguh.

Mempelajari Kisah Para Nabi

Mempelajari kisah dan sejarah itu penting. Apatah lagi sejarah paraNabi. Ia bahkan bisa menguatkan iman seseorang. Secara khusus Allahmenyinggung masalah ini dalam firman-Nya: "Dan Kami ceritakan kepadamukisah-kisah para rasul agar dengannya Kami teguhkan hatimu dan dalamsurat ini telah datang kepadamu kebenaran , pengajaran dan peringatanbagi orang-orang yang beriman." (Hud: 120)
Sebagai contoh, marilah kita renungkan kisah Ibrahim Alaihis Salamyang diberitakan dalam Al Qur'an: "Mereka berkata, bakarlah dia danbantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak. Kamiberfirman, hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagiIbrahim. Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim maka Kami jadikanmereka itu orang-orang yang paling merugi." (Al Anbiya': 68-70)

Bukankah hati kita akan bergetar saat merenungi kronologipembakaran nabi Ibrahim sehingga ia selamat atas izin Allah? Danbukankah dengan demikian akan membuahkan keteguh-an iman kita? Lalu,kisah nabi Musa Alaihis Salam yang tegar menghadapi kezhaliman Fir'aundemi menegakkan agama Allah. Bukankah kisah itu mengingatkan kekerdilanjiwa kita dibanding dengan nabi Musa?
Tak sedikit umat Islam sudah merasa tak punya jalan karena kondisiekonomi yang kurang menguntungkan misalnya, sehingga mau saja saatdiajak kolusi dan berbagai praktek syubhat lain oleh koleganya. Lalumereka mencari-cari alasan mengabsahkan tindakannya yang keliru. Danbukankah karena takut gertakan penguasa yang tiranik lalu banyak diantara umat Islam (termasuk ulamanya) yang menjadi tuli, buta dan bisusehingga tidak melakukan amar ma'ruf nahi mungkar? Bahkan sebaliknyamalah bergabung dan bersekongkol serta melegitimasi status quo(menganggap yang ada sudah baik dan tak perlu diubah).

Bukankah dengan mempelajari kisah-kisah Nabi yang penuh denganperjuangan menegakkan dan meneguhkan iman itu kita menjadi malu kepadadiri sendiri dan kepada Allah? Kita mengharap Surga tetapi banyak haldari perilaku kita yang menjauhinya. Mudah-mudahan Allah menunjuki kitake jalan yang diridhaiNya.

Berdo'a

Di antara sifat hamba-hamba Allah yang beriman adalah merekamemohon kepada Allah agar diberi keteguhan iman, seperti do'a yangtertulis dalam firmanNya: "Ya Rabb, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami." (Ali Imran: 8)
"Ya Rabb kami, berilah kesabaran atas diri kami dan teguhkanlah pendirian kami serta tolonglah kami dari orang-orang kafir." (Al Baqarah: 250)
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnyaseluruh hati Bani Adam terdapat di antara dua jari dari jemari ArRahman (Allah), bagaikan satu hati yang dapat Dia palingkan ke manasaja Dia kehendaki." (HR. Muslim dan Ahmad)
Agar hati tetap teguh maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallambanyak memanjatkan do'a berikut ini terutama pada waktu duduk takhiyatakhir dalam shalat."Wahai (Allah) yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada din-Mu." (HR. Turmudzi)
Banyak lagi do'a-do'a lain tuntunan Nabi Shallallahu Alaihi waSallam agar kita mendapat keteguhan iman. Mudah-mudahan kita senantiasatergerak hati untuk berdo'a utamanya agar iman kita diteguhkan saatmenghadapi berbagai ujian kehidupan.

Dzikir kepada Allah

Dzikir kepada Allah merupakan amalan yang paling ampuh untukmencapai tsabat. Karena pentingnya amalan dzikir maka Allah memadukanantara dzikir dan jihad, sebagaimana tersebut dalam firmanNya: "Haiorang-orang yang beriman, bila kamu memerangi pasukan (musuh) makaberteguh-hatilah kamu dan dzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya." (Al Anfal: 45)
Dalam ayat tersebut, Allah menjadikan dzikrullah sebagai amalan yang amat baik untuk mencapai tsabat dalam jihad.Ingatlah Yusuf Alaihis Salam ! Dengan apa ia memohon bantuan untukmencapai tsabat ketika menghadapi fitnah rayuan seorang wanita cantikdan berkedudukan tinggi? Bukankah dia berlindung dengan kalimatma'adzallah (aku berlindung kepada Allah), lantas gejolak syahwatnyareda?
Demikianlah pengaruh dzikrullah dalam memberikan keteguhan iman kepada orang-orang yang beriman.(Bersambung...)

Menempuh Jalan Lurus

Allah berfirman: "Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalahjalanKu yang lurus, maka ikutilah dia dan jangan mengikuti jalan-jalan(lain) sehingga menceraiberaikan kamu dari jalanNya." (Al An'am: 153)
Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mensinyalir bahwaumatnya bakal terpecah-belah menjadi 73 golongan, semuanya masuk Nerakakecuali hanya satu golongan yang selamat (HR. Ahmad, hasan)

Dari sini kita mengetahui, tidak setiap orang yang mengaku muslimmesti berada di jalan yang benar. Rentang waktu 14 abad dari datangnyaIslam cukup banyak membuat terkotak-kotaknya pemahaman keagamaan. Lalu,jalan manakah yang selamat dan benar itu? Dan, pemahaman siapakah yangmesti kita ikuti dalam praktek keberaga-maan kita? Berdasarkan banyakketerangan ayat dan hadits , jalan yang benar dan selamat itu adalahjalan Allah dan RasulNya. Sedangkan pemahaman agama yang autentikkebenarannya adalah pemahaman berdasarkan keterangan Rasul ShallallahuAlaihi wa Sallam kepada para sahabatnya. (HR. Turmudzi, hasan).

Itulah yang mesti kita ikuti, tidak penafsiran-penafsiran agamaberdasarkan akal manusia yang tingkat kedalaman dan kecerdasannyamajemuk dan terbatas. Tradisi pemahaman itu selanjutnya dirawat olehpara tabi'in dan para imam shalihin. Paham keagamaan inilah yang dalamterminologi (istilah) Islam selanjutnya dikenal dengan paham AhlusSunnah wal Jamaah . Atau sebagian menyebutnya dengan pemahaman parasalafus shalih.

Orang yang telah mengikuti paham Ahlus Sunnah wal Jamaah akan tegardalam menghadapi berbagai keanekaragaman paham, sebab mereka telahyakin akan kebenaran yang diikutinya. Berbeda dengan orang yang beradadi luar Ahlus Sunnah wal Jamaah, mereka akan senantiasa bingung danragu. Berpindah dari suatu lingkungan sesat ke lingkungan bid'ah, darifilsafat ke ilmu kalam, dari mu'tazilah ke ahli tahrif, dari ahlita'wil ke murji'ah, dari thariqat yang satu ke thariqat yang lain danseterusnya. Di sinilah pentingnya kita berpegang teguh dengan manhaj(jalan) yang benar sehingga iman kita akan tetap kuat dalam situasiapapun.

Menjalani Tarbiyah

Tarbiyah (pendidikan) yang semestinya dilalui oleh setiap muslim cukup banyak. Paling tidak ada empat macam :
  • Tarbiyah Imaniyah
yaitu pendidikan untuk menghidupkan hati agar memiliki rasa khauf(takut), raja' (pengharapan) dan mahabbah (kecintaan) kepada Allahserta untuk menghilangkan kekeringan hati yang disebabkan oleh jauhnyadari Al Qur'an dan Sunnah.
  • Tarbiyah Ilmiyah
yaitu pendidikan keilmuan berdasarkan dalil yang benar dan menghindari taqlid buta yang tercela.
  • Tarbiyah Wa'iyah
yaitu pendidikan untuk mempelajari siasat orang-orang jahat,langkah dan strategi musuh Islam serta fakta dari berbagai peristiwayang terjadi berdasarkan ilmu dan pemahaman yang benar.
  • Tarbiyah Mutadarrijah
yaitu pendidikan bertahap, yang membimbing seorang muslim setingkatdemi setingkat menuju kesempurnaannya, dengan program dan perencanaanyang matang. Bukan tarbiyah yang dilakukan dengan terburu-buru dan asaljalan.
Itulah beberapa tarbiyah yangdiberikan Rasul kepada para sahabatnya. Berbagai tarbiyah itumenjadikan para sahabat memiliki iman baja, bahkan membentuk merekamenjadi generasi terbaik sepanjang masa.

Meyakini Jalan yang Ditempuh

Tak dipungkiri bahwa seorang muslim yang bertambah keyakinannyaterhadap jalan yang ditempuh yaitu Ahlus Sunnah wal Jamaah makabertambah pula tsabat (keteguhan iman) nya. Adapun di antara usaha yangdapat kita lakukan untuk mencapai keyakinan kokoh terhadap jalan hidupyang kita tempuh adalah:

Pertama, kita harus yakin bahwa jalan lurus yang kitatempuh itu adalah jalan para nabi, shiddiqien, ulama, syuhada danorang-orang shalih.
Kedua, kita harus merasa sebagai orang-orang terpilih karena kebenaran yang kita pegang, sebagai-mana firman Allah: "Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hambaNya yang Ia pilih." (QS. 27: 59)
Bagaimana perasaan kita seandainya Allah menciptakan kita sebagaibenda mati, binatang, orang kafir, penyeru bid'ah, orang fasik, orangIslam yang tidak mau berdakwah atau da'i yang sesat? Mudah-mudahan kitaberada dalam keyakinan yang benar yakni sebagai Ahlus Sunnah wal Jamaahyang sesungguhnya.

Berdakwah

Jika tidak digerakkan, jiwa seseorang tentu akan rusak. Untukmenggerakkan jiwa maka perlu dicarikan medan yang tepat. Di antaramedan pergerakan yang paling agung adalah berdakwah. Dan berdakwahmerupakan tugas para rasul untuk membebaskan manusia dari adzab Allah.

Maka tidak benar jika dikatakan, fulan itu tidak ada perubahan.Jiwa manusia, bila tidak disibukkan oleh ketaatan maka dapat dipastikanakan disibukkan oleh kemaksiatan. Sebab, iman itu bisa bertambah danberkurang.Jika seorang da'i menghadapi berbagai tantangan dari ahlul bathildalam perjalanan dakwahnya, tetapi ia tetap terus berdakwah maka Allahakan semakin menambah dan mengokohkan keimanannya.

Dekat dengan Ulama

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Di antara manusia ada orang-orang yang menjadi kunci kebaikan dan penutup kejahatan." (HR. Ibnu Majah, no. 237, hasan)

Senantiasa bergaul dengan ulama akan semakin menguatkan imanseseorang. Tercatat dalam sejarah bahwa berbagai fitnah telah terjadidan menimpa kaum muslimin, lalu Allah meneguhkan iman kaum musliminmelalui ulama. Di antaranya seperti diutarakan Ali bin Al MadiniRahimahullah: "Di hari riddah (pemurtadan) Allah telah memuliakan dinini dengan Abu Bakar dan di hari mihnah (ujian) dengan Imam Ahmad."Bila mengalami kegundahan dan problem yang dahsyat Ibnul Qayyimmendatangi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah untuk mendengarkan berbagainasehatnya. Sertamerta kegundahannya pun hilang berganti dengankelapangan dan keteguhan iman ( Al Wabilush Shaib, hal. 97).

Meyakini Pertolongan Allah

Mungkin pernah terjadi, seseorang tertimpa musibah dan memintapertolongan Allah, tetapi pertolongan yang ditunggu-tunggu itu tidakkunjung datang, bahkan yang dialaminya hanya bencana dan ujian. Dalamkeadaan seperti ini manusia banyak membutuh-kan tsabat agar tidakberputus asa. Allah berfirman: Dan berapa banyak nabi yangberperang yang diikuti oleh sejumlah besar pengikutnya yang bertaqwa,mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalanAllah, tidak lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Dan Allahmenyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada do'a mereka selain ucapan,Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yangberlebihan dalam urusan kami. Tetapkanlah pendirian kami dan tolonglahkami terhadap orang-orang kafir. Karena itu Allah memberikan kepadamereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akherat. " (Ali Imran: 146-148)

Mengetahui Hakekat Kebatilan

Allah berfirman: "Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir yang bergerak dalam negeri ." (Ali Imran: 196)

"Dan demikianlah Kami terang-kan ayat-ayat Al Qur'an (supayajelas jalan orang-orang shaleh) dan supaya jelas (pula) jalanorang-orang yang berbuat jahat (musuh-musuh Islam)." (Al An'am: 55)

"Dan Katakanlah, yang benar telah datang dan yang batil telah sirna, sesungguhnya yang batil itu pastilah lenyap." (Al Isra': 81)

Berbagai keterangan ayat di atas sungguh menentramkan hati setiaporang beriman. Mengetahui bahwa kebatilan akan sirna dan kebenaran akanmenang akan mengukuhkan seseorang untuk tetap teguh berada dalamkeimanannya.

Memiliki Akhlak Pendukung Tsabat

Akhlak pendukung tsabat yang utama adalah sabar. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam:"Tidak ada suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabar-an." (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Tanpa kesabaran iman yang kita miliki akan mudahterombang-ambingkan oleh berbagai musibah dan ujian. Karena itu, sabartermasuk senjata utama mencapai tsabat.

Nasehat Orang Shalih

Nasehat para shalihin sungguh amat penting artinya bagi keteguhaniman. Karena itu, dalam segala tindakan yang akan kita lakukanhendaklah kita sering-sering meminta nasehat mereka. Kita perlu memintanasehat orang-orang shalih saat mengalami berbagai ujian, saat diberijabatan, saat mendapat rezki yang banyak dan lain-lain.

Bahkan seorang sekaliber Imam Ahmad pun, beliau masih perlumendapat nasehat saat menghadapi ujian berat oleh intimidasi penguasayang tiranik. Bagaimana pula halnya dengan kita?

Merenungi Nikmatnya Surga

Surga adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan, kegembiraan dan suka-cita. Ke sanalah tujuan pengembaraan kaum muslimin.Orang yang meyakini adanya pahala dan Surga niscaya akan mudahmenghadapi berbagai kesulitan. Mudah pula baginya untuk tetap tsabatdalam keteguhan dan kekuatan imannya.

Dalam meneguhkan iman para sahabat, Rasulullah Shallallahu Alaihiwa Sallam sering mengingatkan mereka dengan kenikmatan Surga. Ketikamelewati Yasir, istri dan anaknya Ammar yang sedang disiksa oleh kaummusyrikin beliau mengatakan: "Bersabarlah wahai keluarga Yasir, tempat kalian nanti adalah Surga". (HR. Al Hakim/III/383, hasan shahih)
Mudah-mudahan kita bisa merawat dan terus-menerus meneguhkankeimanan kita sehingga Allah menjadikan kita khusnul khatimah. Amin.
readmore »»  
Baca Selengkapnya..

Selasa, 26 Juli 2011

Antara Mata dan Hati


”Mata adalah panglima hati. Hampir semua perasaan dan perilaku awalnya dipicu oleh pandangan mata. Bila dibiarkan mata memandang yang dibenci dan dilarang, maka pemiliknya berada di tepi jurang bahaya. Meskipun ia tidak sungguh-sungguh jatuh ke dalam jurang". Demikian potongan nasihat Imam Ghazali rahimahullah dalam kitab Ihya Ulumuddin.

Beliau memberi wasiat agar tidak menganggap ringan masalah pandangan. Ia juga mengutip bunyi sebuah sya’ir, "Semua peristiwa besar awalnya adalah mata. Lihatlah api besar yang awalnya berasal dari percikan api."

Hampir sama dengan bunyi sya’ir tersebut, sebagian salafushalih mengatakan, "Banyak makanan haram yang bisa menghalangi orang melakukan shalat tahajjud di malam hari. Banyak juga pandangan kepada yang haram sampai menghalanginya dari membaca Kitabullah."

Saudaraku,
Semoga Allah memberi naungan barakahNya kepada kita semua. Fitnah dan ujian tak pernah berhenti. Sangat mungkin, kita kerap mendengar bahkan mengkaji masalah mata. Tapi belum tentu kita termasuk dalam kelompok orang yang bisa memelihara pandangan mata. Padahal, seperti diungkapkan oleh Imam Ghazali tadi, orang yang keliru menggunakan pandangan, berarti ia terancam bahaya besar karena mata adalah pintu paling luas yang bisa memberi banyak pengaruh pada hati.

Menurut Imam Ibnul Qayyim, mata adalah penuntun, sementara hati adalah pendorong dan pengikut. Yang pertama, mata, memiliki kenikmatan pandangan. Sedang yang kedua, hati, memiliki kenikmatan pencapaian. "Dalam dunia nafsu keduanya adalah sekutu yang mesra. Jika terpuruk dalam kesulitan, maka masing-masing akan saling mecela dan mencerai," jelas Ibnul Qayyim. Pemenuhan hasrat pencapaian seringkali menjadi dasar motivasi yang menggebu-gebu untuk mendapatkan atau menikahi seseorang. Padahal siap nikah dan siap jadi suami/istri adalah dua hal yang berbeda. Yang pertama, nuansa nafsu lebih dominan; sedangkan yang kedua, sarat dengan nuansa amanah, tanggung-jawab dan kematangan.

Saudaraku,
Simak juga dialog imajiner yang beliau tulis dalam kitab Raudhatul Muhibbin: "Kata hati kepada mata, "kaulah yang telah menyeretku pada kebinasaan dan mengakibatkan penyesalan karena aku mengikutimu beberapa saat saja. Kau lemparkan kerlingan matamu ke taman dan kebun yang tak sehat. Kau salahi firman Allah, "Hendaklah mereka menahan pandangannya". Kau salahi sabda Rasulullah saw, "Memandang wanita adalah panah beracun dari berbagai macam panah iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut pada Allah, maka Allah akan memberi balasan iman padanya, yang akan didapati kelezatan dalam hatinya." (HR.Ahmad)

Tapi mata berkata kepada hati, "Kau zalimi aku sejak awal hingga akhir. Kau kukuhkan dosaku lahir dan batin. Padahal aku hanyalah utusanmu yang selalu taat dan mengikuti jalan yang engkau tunjukkan. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya dalam tubuh itu ada segumpal darah. Jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik pula. Dan jika ia rusak, rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal darah itu adalah hati " (HR. Bukhari dan Muslim). Hati adalah raja. Dan seluruh tubuh adalah pasukannya. Jika rajanya baik maka baik pula pasukannya. Jika rajanya buruk, buruk pula pasukannya. Wahai hati, jika engkau dianugerahi pandangan, tentu engkau tahu bahwa rusaknya pengikutmu adalah karena kerusakan dirimu, dan kebaikan mereka adalah kebaikanmu . Sumber bencana yang menimpamu adalah karena engkau tidak memiliki cinta pada Allah, tidak suka dzikir kepada-Nya, tidak menyukai firman, asma dan sifat-sifatNya. Allah berfirman, "Sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang ada di dalam dada". (QS.AI-Hajj:46)

Saudaraku,
Banyak sekali kenikmatan yang menjadi buah memelihara mata. Coba perhatikan tingkat-tingkat manfaat yang diuraikan oleh Imam Ibnul Qayyim dalam Al-Jawabul Kafi Liman Saala Anid Dawa’i Syafi. "Memelihara pandangan mata, menjamin kebahagiaan seorang hamba di dunia dan akhirat. Memelihara pandangan, memberi nuansa kedekatan seorang hamba kepada Allah, menahan pandangan juga bisa menguatkan hati dan membuat seseorang lebih merasa bahagia, menahan pandangan juga akan menghalangi pintu masuk syaithan ke dalam hati.

Mengosongkan hati untuk berpikir pada sesuatu yang bermanfaat, Allah akan meliputinya dengan cahaya. Itu sebabnya, setelah firmanNya tentang perintah untuk mengendalikan pandangan mata dari yang haram, Allah segera menyambungnya dengan ayat tentang "nur", cahaya. (Al-Jawabul Kafi, 215-217)

Saudaraku,
Perilaku mata dan hati adalah sikap tersembunyi yang sulit diketahui oleh orang lain, kedipan mata apalagi kecenderungan hati, merupakan rahasia diri yang tak diketahui oleh siapapun, kecuali Allah swt, "Dia (Allah) mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati ". (QS. Al-mukmin:l9). Itu artinya, memelihara pandangan mata yang akan menuntun suasana hati, sangat tergantung dengan tingkat keimanan dan kesadaran penuh akan ilmuLlah (pengetahuan Allah) . Pemeliharaan mata dan hati, bisa identik dengan tingkat keimanan seseorang.

Saudaraku,
Dalam sebuah hadits dikisahkan, pada hari kiamat ada sekelompok orang yang membawa hasanat (kebaikan) yang sangat banyak . Bahkan Rasul menyebutnya, kebaikan itu bak sebuah gunung. Tapi ternyata, Allah swt tak memandang apa-apa terhadap prestasi kebaikan itu. Allah menjadikan kebaikan itu tak berbobot, seperti debu yang berterbangan. Tak ada artinya. Rasul mengatakan, bahwa kondisi seperi itu adalah karena mereka adalah kelompok manusia yang melakukan kebaikan ketika berada bersama manusia yang lain. Tapi tatkala dalam keadaan sendiri dan tak ada manusia lain yang melihatnya, ia melanggar larangan-larangan Allah (HR. Ibnu Majah)

Kesendirian, kesepian, kala tak ada orang yang melihat perbuatan salah, adalah ujian yang akan membuktikan kualitas iman. Di sinilah peran mengendalikan mata dan kecondongan hati termasuk dalam situasi kesendirian, karena ia menjadi bagian dari suasana yang tak diketahui oleh orang lain, "Hendaklah engaku menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya yakinilah bahwa Ia melihatmu". Begitu pesan Rasulullah saw. Wallahu’alam.

Sumber.
readmore »»  
Baca Selengkapnya..

Kamis, 21 Juli 2011

Keutamaan Sholawat kepada Rasulullah SAW


Sufyan Ats Tsauri bercerita, ” Aku melihat seorang lelaki, ia tidak mengangkat atau meletakkan kakinya kecuali bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Aku bertanya kepadanya, Hai pemuda, mengapa engkau tinggalkan tasbih dan tahlil dan hanya bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW ? ”

” Siapa kamu, semoga Allah memberimu kesehatan ? ” tanya sang pemuda.

” Aku adalah Sufyan Ats Tsauri. ”

” Kalau kamu bukan orang yang asing di zamanmu, aku tak akan membuat rahasiaku, ucap sang pemuda. ia lalu mulai bercerita.

” Suatu hari aku bersama ayahku pergi haji ke baitullah al haram. Dalam perjalanan ayahku sakit dan meninggal dunia. Kulihat muka ayahku berubah hitam. Lalu kututup wajahnya dengan kain. Ketika menunggu mayatnya, aku sangat mengantuk sehingga aku tertidur. Dalam tidurku aku melihat seorang yang sangat tampan. Belum pernah aku melihat pria setampan dia, berpakaian sebersih pakaiannya. dan berbau seharum tubuhnya. Ia berjalan mendekati ayahku, menyingkap kain yang menutupi wajahnya, kemudian mengusapkan tangannya kewajah ayahku. Wajah yang semula hitam segera berubah menjadi putih. Setelah itu ia berbalik hendak pergi. Aku lali memegang bajunya dan bertanya, ” Siapakah kamu sebenarnya, semoga Allah merahmatimu ? ” Kedatanganmu sungguh merupakan karunia Allah bagiku.

Tidakkah kamu mengenal aku. Aku adalah Muhammad bin Abdillah, kepadaku Quran telah diturunkan. Sesungguhnya ayahmu menyia – nyiakan dirinya. Namun, ia banyak bersholawat kepadaku. Ketika mengalami apa yang sedang ia alami, ia meminta tolong kepadaku, sedangkan aku adalah penolong bagi orang – orang yang banyak bersholawat kepadaku.

Ketika bangun dari tidur, kulihat wajah ayahku telah berubah putih. Barang siapa ingin dekat dengan Al Musthafa dan bercakap – cakap dengannya hendaknya ia menyempurnakan asasnya, yaitu selalu mengikuti Rasulullah SAW dalam perbuatan, ucapan dan segala hal. Para salaf kita tidak pernah meninggalkan sunnah dalam setiap langkah mereka.

Setiap orang yang ingin dekat dengan Nabi Muhammad SAW hendaknya melaksanakan perintah beliau walaupun hukumnya sunah, dan menjauhi segala larangan beliau walaupun hukumnya makruh. Karena semua amal umatnya akan ditunjukkan kepada beliau. Jika umatnya beramal saleh, beliau akan merasa senang, mencintai, dan menyebut – nyebut namanya sehingga Allah melimpahkan rahmatNya.

Sholawat Kepada Nabi Muhammad Saw menjanjikan pahala yang sangat besar. Rasulullah SAW bersabda yang artinya : ” Barang siapa bersholawat kepadaku sekali, Allah akan bersholawat kepadanya 10 kali. ” ( HR Muslim, Turmudzi, Abu Dawud,Nasai dan Ahmad )

Barang siapa bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW sewaktu duduk, ia akan di ampuni sebelum berdiri. Dan barang siapa bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW sewaktu tidur, ia akan di ampuni sebelum bangun.

Diriwayatkan bahwa Sayidina Abu Bakar Ash Shiddiq meminta ibunya untuk memeluk agama islam, namun ia menolak, kemudian Sayidina Abu Bakar pergi kerumah Rasulullah SAw mengabarkan hal ini. Ketika hendak pulang, ia memohon doa Rasulullah SAW agar ibunya masuk islam. Rasulullah SAW mengabulkan permintaannya. Sesampainya di rumah, Sayidina Abu Bakar melihat ibunya sedang tidur sambil bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Setelah bangun dari tidurnya ia segera masuk islam.
Kejadian ini semua adalah berkat sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Sholawat merupakan guru bagi mereka yang tak memiliki guru, karenanya sholawat tidak butuh guru maupun hudhur tetapi akan lebih sempurna jika diucapkan dengan hati yang hudhur. Riya’ tidak dapat menghapuskan pahala sholawat. Al Habib Ahmad bin Ali Assegaff

Sumber.
readmore »»  
Baca Selengkapnya..

Selasa, 12 Juli 2011

Etika Belajar

Dalam hal etika belajar, al-Ghazali menjelaskan ada 10 hal yang harus dilakukan oleh seorang pelajar yaitu:

Pertama, membersihkan jiwa dari kejelekan akhlak, dan keburukan sifat karena ilmu itu adalah ibadahnya hati, shalat secara samar dan kedekatan batin dengan Allah.

Kedua, menyedikitkan hubungannya dengan sanak keluarga dari hal keduniawian dan menjauhi keluarga serta kampung halamannya. Hal ini menurut al-Ghazali agar seorang pelajar bisa konsentrasi dalam apa yang menjadi fokusnya.

Ketiga, tidak sombong terhadap ilmu dan pula menjauhi tindakan tidak terpuji terhadap guru. Bahkan menurut al-Ghazali seorang pelajar haruslah menyearhkan segala urusannya pada sang guru seperti layaknya seorang pasien yang menyerahkan segala urusannya pada dokter.

Keempat, menjaga diri dari mendengarkan perselisihan yang terjadi diantara manusia, karena hal itu dapat menyebabkan kebingungan, dan kebingungan pada tahap selanjutnya dapat menyebabkan pada kemalasan.

Kelima, tidak mengambil ilmu terpuji selain mendalaminya hingga selesai dan mengetahui hakikatnya. Karena keberuntungan melakukan sesuatu itu adalah menyelami (tabahhur) dalam sesuatu yang dikerjakannya.

Keenam, janganlah mengkhususkan pada satu macam ilmu kecuali untuk tertib belajar.

Ketujuh, janga terburu-buru atau tergesa-gesa kecuali kita telah menguasai ilmu yang telah dipelajari sebelumnya. Karena sesungguhnya ilmu itu adalah sistematik, satu bagian saling terkait dengan bagian yang lainnya.

Kedelapan, harus mengetahui sebab-sebab lebih mulianya suatu disiplin ilmu dari pada yang lainnya. Seorang murid terlebih dahulu harus mengkomparasikan akan pilihan prioritas ilmu yang akan dipelajari.

Kesembilan, pelurusan tujuan pendidikan hanya karena Allah dan bukan karena harta dan lain sebagainya.

Kesepuluh,harus mengetahui mana dari suatu disiplin ilmu yang lebih penting (yu’atsar al-rafi’ al-qarib ‘ala al-ba’id)
readmore »»  
Baca Selengkapnya..