Selasa, 02 Oktober 2012

Kisah Burung BEO!!!

Sebuah pesantren di daerah Jawa Tengah memberikan cerita hikmah untuk kita semua. Ceritanya dimulai beberapa tahun yang lalu saat pengurus pesantren tersebut tepatnya pemilik pondokan (sebutan sebuah pesantren) memelihara seekor burung Beo!!!.
Bertahun-tahun Kiai mengajarkan sebuah kalimat kepada beo itu. Kalimat yang sering kita baca dalam sholat. kalimat tauhid,
”Laillahaillallah Muhammadarrasulullah” terus diajarkan kepada beo. Hingga begitu lancarnya di lafadzkan oleh burung beo.
Selama beberapa lama pondokan diramaikan kalimat tauhid yang di ucapkan si burung beo.
Memberikan suasana dzikir para santri semakin berwarna.
Ada kebanggaaan sendiri melihat seekor burung bersuara kalimat tauhid.
Pada suatu hari ketika Pemilik Pondok itu terlelap tidur, sangkar burung terbuka dengan waktu yang sama, seekor kucing sedang mengendap dan menunggu masa untuk menangkap burung itu, ketika terlelap si Kucing telah mengambil kesempatan untuk menerkam burung itu..Pemilik Pondok terkejut mendengar suara ribut burung Beo yg kesakitan, pemilik pondok bangun dan mengusir kucing itu, dan mencoba menyelamatkan burung itu, malangnya burung Beo itu telah lemah akibat gigitan kucing tadi. Burung itu mengerang kesakitan dipangkuan Pemilik Pondok sampai terdiam. tidak bernyawa.Dengan rasa sedih pemilik pondok mengubur Burung Beo yg telah mati, Dia sangat kehilangan burung Beo yg selalu menjadi penghibur hatinya selepas lelah mengajar,..
Semejak kematian burung Beo, Pemilik pondok selalu diam dan termenung hingga menimbulkan tandatanya pada para santrinya ,...
Para santri datang menanyakan kenapa Guru begitu sedih sekali setelah kematian burung Beo?
Apakah Guru terlalu sayang pada burung Beo hingga menyebabkan guru bersedih? tanya salah satu santri..
Pemilik Pondok menjawab " Kesedihan terhadap kematian burung Beo tidak sampai sesedih itu,
tapi Guru memikirkan betapa burung itu mampu berkata Tauhid dengan baik walau tidak memahami apa yg disebutkannya..
Coba kalian bayangkan burung itu setiap hari dimulutnya mengucapkan kalimat Tauhid " Tetapi disaat kematiannya, dia hanya mengerang kesakitan dan tidak menyebut kalimat Tauhid yg selalu diucapkannya sewaktu hidup,..
Dari peristiwa itu saya berpikir,..Apakah saya juga akan begitu disaat sakaratul maut nanti.
Walaupun saya sering mengajarkan kalian ilmu Al-Qur'an, kita sering ber'ibadah, tetapi saya amat takut tidak bisa mengucap kalimat Syahadat,..
"Apakah saya mampu menahan sakit sakaratul maut hingga lupa mengucap kalimat Syahadat disaat akhir hidup saya nanti"
Barulah Para Santri tau, kenapa Pemilik Pondok (GURU) sering termenung selepas kematian burung Beo nya itu...
Jika Guru yg banyak Ilmu dan Amalan juga risau akan tiba sakaratul Maut...
Coba Pikirkan Bagaimanakah kita? ...
Sudahkah kita dalami Syahadat dengan ilmu yg cukup?..
Sudahkah kita tunaikan tuntunan-tuntunan Syahadah itu?..
Sudahkah kita sempunakan Syahadat dengan amal dan ketaatan dengan secukupnya?...
Sudahkan kita meninggalkan perkara-perkara yg merusak Syahadat kita?..
Ataukah kita tidak pernah mau berpikir dan tidak ambil peduli dengan Syahadah yang ada pada kita?...
Dan tidak pernah berpikir Apakah kita mampu mengucapkan kalimat Syahadat itu nanti ketika kita sedang bergelut dengan sakitnya sakaratul Maut?..
Saat-saat terak'hir kita didunia untuk menuju alam pembalasan "
Beramal dan Ber'Doalah untuk saat yang PASTI itu..
Ya Allah, akhirilah hidup kami dengan HUSNUL- KHATIMAH( akhir yg baik ) .. dan Jangan KAU Akhiri Hidup Kami dengan SUU-UL-KHATIMAH ( akhir yg buruk )...aamiin

Selamat merenung
Sumber
readmore »»  
Baca Selengkapnya..

Minggu, 09 September 2012

Tak kan Menyamai Ketinggian Nabi Muhammad SAW


Habib Abdurrahman Basurrah:Tak kan Menyamai Ketinggian Nabi SAW.
Di akhir zaman tidak ada amalan yang pasti diterima oleh Allah SWT selain bershalawat kepada Rasulullah SAW. Seminggu sepeninggal Rasulullah SAW, seorang Badwi datang ke Madinah. Ia bermaksud menjumpai Nabi. Sesampainya di Madinah, ia menanyai sahabat yang dijumpainya. Tapi dikatakan kepadanya bahwa Rasulullah SAW telah wafat seminggu sebelumnya dan makamnya ada di samping masjid, di kamar Aisyah, istri Rasulullah SAW.

Badwi itu pun sangat bersedih, air matanya bercucuran, karena tak sempat berjumpa dengan Nabi SAW. Segera ia menuju makam Rasulullah SAW. Di hadapan makam Nabi, ia duduk bersimpuh, mengadukan dan mengutarakan kegelisahan dan kegundahan hatinya. Dengan linangan air mata, ia berkata, “Wahai Rasulullah, engkau rasul pilihan, makhluk paling mulia di sisi Allah. Aku datang untuk berjumpa denganmu untuk mengadukan segala penyesalanku dan gundah gulana hatiku atas segala kesalahan dan dosa-dosaku, namun engkau telah pergi meninggalkan kami. Akan tetapi Allah telah berfirman melalui lisanmu yang suci, ‘…. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya diri mereka datang kepadamu lalu memohon ampun kepada Allah dan Rasul pun memohonkan ampun kepada Allah SWT untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.’ – QS An-Nisa (4): 64.

Kini aku datang kepadamu untuk mengadukan halku kepadamu, penyesalanku atas segala kesalahan dan dosa yang telah aku perbuat di masa laluku, agar engkau mohonkan ampunan kepada Allah bagiku….” Setelah mengadukan segala keluh kesah yang ada di hatinya, Badwi itu pun meninggalkan makam Rasulullah SAW.

Kala itu di Masjid Nabawi ada seorang sahabat Nabi SAW tengah tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi didatangi Rasulullah. Beliau berkata, “Wahai Fulan, bangunlah dan kejarlah orang yang tadi datang kepadaku. Berikan khabar gembira kepadanya bahwa Allah telah mendengar permohonannya dan Allah telah mengampuninya atas segala kesalahan dan dosanya….”

Sahabat tadi terbangun seketika itu juga. Tanpa berpikir panjang ia pun segera mengejar orang yang dikatakan Rasulullah SAW dalam mimpinya. Tak berapa lama, orang yang dimaksud pun terlihat olehnya. Sahabat itu memanggilnya dan menceritakan apa yang dipesankan Rasulullah SAW dalam mimpinya.

Perintah Allah SWT


Penggalan kisah itu diceritakan oleh Habib Abdurrahman Basurrah dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di majelis bulanan alKisah (18/10). Habib Abdurrahman mengingatkan pentingnya mengagungkan Rasulullah SAW. Mengagungkan Rasulullah merupakan kewajiban yang diperintahkan syari’at. Tapi bukanlah menuhankan beliau. Mengagungkan dan menyanjung Nabi SAW berarti menaati perintah Allah SWT.

Dalam Al-Quran, Allah SWT selalu memanggil para nabi dengan menyebut namanya. Seperti firman Allah SWT kepada Nabi Adam AS, “Allah berfirman, ‘Wahai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini…’.” – QS Al-Baqarah (2): 33. Namun, Allah mengecualikan Rasul-Nya, Muhammad SAW, dengan panggilan yang khusus dan agung. Allah tidak memanggil namanya, melainkan selalu memanggilnya dengan sifat-sifat atau predikatnya. Seperti firman Allah SWT, “Wahai orang yang berselimut.” – QS Al-Muddatsir (74): 1. Ini menunjukkan, Allah mengistimewakan Nabi Muhammad SAW.

Selain itu, menurut Habib Baurrah, Imam Abul Hasan Ali Asy-Syadzilli pernah berkata, “Di akhir zaman tidak ada amalan yang lebih baik daripada bershalawat kepada Rasulullah SAW.” Ungkapan ini disandarkan pada firman Allah SWT, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian kepada Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” – QS Al-Ahzab (33): 56. Juga hadits shahih dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Barang siapa bershalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali.”

Adapun maksud ucapan Imam Abul Hasan Asy-Syadzilli tersebut adalah bahwa tidak ada amalan yang pasti diterima kecuali shalawat kepada Rasulullah SAW. Karena semua amalan disyaratkan padanya niat yang ikhlas semata-mata karena Allah. Amalan yang dilakukan dengan riya’ dan sum`ah, ingin dipuji dan didengar orang lain, tidak akan diterima oleh Allah SWT. Namun shalawat kepada Nabi SAW, para ulama bersepakat, bagaimanapun shalawat itu diucapkan, pasti diterima oleh Allah SWT, bahkan sekalipun orang yang mengucapkannya itu melakukannya dengan riya’, misalnya.

Itulah sebabnya para ulama mengatakan, sanjungan kepada Rasulullah SAW, bagaimanapun bentuk dan tingginya, tidak akan pernah menyamai ketinggian dan keagungan derajat beliau, karena keagungan yang beliau miliki datangnya dari Allah SWT, Yang Mahaqadim. Maka tidak mungkin dan tidak akan pernah pujian dan sanjungan makhluk menyamai pujian dan sanjungan-Nya, yang kekal dan abadi. “Bila demikian, tidak ada kata berlebihan dalam menyanjung dan mengagungkan Rasulullah SAW,” tutur Habib Basurrah menutup taushiyahnya.

Bagai di Kaki Gunung

Peringatan Maulid Nabi SAW majelis bulanan Zawiyah alKisah kali ini, selain dihadiri  karyawan Aneka Yess! Group, penerbit majalah alKisah, juga dihadiri pembaca setia alKisah di wilayah Jabodetabek. Hadir pula para habib asal Pekalongan, antara lain Habib Idrus Shahab, Habib Faried Assegaf, Habib Faik Hinduan, Habib Abdurrahman, Habib Lukman Bilfagih.

Acara diawali dengan penampilan kelompok hadrah Utan Kayu, yang membawakan beberapa lagu pujian dan shalawat kepada Rasulullah SAW. Dilanjutkan dengan pembacaan Maulid Simthud Durar oleh Habib Abdurrahman Basurrah.

Iringan hadrah dan lantunan merdu shalawat yang menyelingi pembacaan Simthud Durar membuat suasana semakin khusyu’, terlebih dengan semerbaknya wewangian dupa dan bunga rampai Maulid khas Pekalongan, dan menenteramkan hati segenap hadirin, ditambah lagi udara dan cuaca yang cerah, menjadikan suasana majelis semakin terasa damai dan tenteram. Detik demi detik, menit demi menit tak terasa berlalu. Hadirin dibuai kekhusyu’an dan perasaannya masing-masing, menyimak untaian kisah Maulid yang terus mengalir.

Nuansa kerinduan kepada Rasulullah SAW semakin terasa pada saat asyraqal atau mahallul qiyam dikumandangkan dengan nada yang indah, diiringi irama hadrah yang syahdu. Ratusan jama’ah yang hadir memenuhi ruangan terlihat menuangkan ekpresiknya masing-masing mengikuti lantunan asyraqal.

Menjelang maghrib, acara pun ditutup dengan doa dan ramah tamah sambil menikmati hidangan yang disediakan panitia. Yaitu, nasi tomat yang gurih, dihidangkan langsung oleh shaibul bayt, Hj. Nuniek H. Musawa. Juga martabak dan kelengkeng kiriman dari Dian Rakyat. 

Tak lama kemudian, adzan maghrib berkumandang. Jama’ah segera mempersiapkan diri untuk mengikuti shalat Maghrib berjama’ah. Mereka berwudhu di pancuran bambu, yang berbalutkan sabut kelapa, seperti pancuran yang mengalir dari bukit di kaki gunung, di halaman kantor alKisah.

Setelah selesai shalat dan doa bersama, yang dipimpin oleh Habib Basurrah, jama’ah bersalam-salaman dan meninggalkan majelis, dan insya Allah akan kembali lagi sebulan yang akan datang. Amin.…   

Sumber
readmore »»  
Baca Selengkapnya..

Jumat, 10 Agustus 2012

Membaca Al Qur’an

Asy syahid Sayyid Quthub mengatakan dalam muqaddimah tafsirnya, “Hidup dalam naungan al-Qur’an adalah nikmat. Nikmat yang hanya diketahui oleh siapa yang telah merasakannya. Nikmat yang akan menambah usia, memberkahi dan menyucikannya.
Sungguh banyak keutamaan dan keuntungan yang diperoleh bagi orang yang membaca al-Qur’an. Keuntungan tersebut tidak dimiliki oleh bacaan lainnya seperti surat kabar, majalah dan buku. Diantara keutamaan dan keuntungan orang yang membaca al-Qur’an yaitu;
Pertama: orang yang membaca Al-Qur’an akan mendapatkan syafaat (pertolongan) pada hari Kiamat nantinya berdasarkan sabda Rasulullah saw bersabda: ”Bacalah al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat nanti memberi syafaat bagi orang yang membacanya.” (H. R. Muslim). Tentunya tidak hanya sekedar membaca, juga mengamalkannya. Namun demikian, tanpa membaca al-Qur’an maka tidak mungkin kita mengamalkannya. Selain Rasulllah saw, tidak seorangpun yang mampu memberikan pertolongan kepada seseorang pada hari hisab, kecuali al-Qur’an yang dibaca selama ia hidup di dunia.
Kedua, Rasulullah saw menegaskan bahwa orang yang terbaik di antara manusia adalah orang yang mau mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an, sesuai dengan sabdanya, ”Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan yang mengajarkannya” (H.R. Bukhari). Oleh karena itu, orang yang terbaik di dunia ini bukanlah orang yang punya memiliki harta yang melimpah, jabatan maupun pangkat yang tinggi. Namun, disisi Allah Swt orang terbaik itu adalah orang yang mau belajar al-Qur’an dan mengajarkan kepada orang lain.
Ketiga, orang yang pandai membaca Al-Qur’an akan disediakan tempat yang paling istimewa di surga bersama para malaikat yang suci. Sedangkan orang yang membaca terbata-bata (belum pandai), maka ia akan diberi dua pahala yaitu pahala mau belajar dan kesungguhan membaca, sesuai dengan sabda Rasulullah saw, ”Orang yang pandai membaca al-Qur’an akan ditempatkan bersama kelompok para Malaikat yang mulia dan terpuji. Adapun orang yang terbata-bata dan sulit membacanya akan mendapat dua pahala.” (H.R Bukhari & Muslim).
Keempat, kejayaan suatu umat Islam itu dengan membaca al-Qur’an dan mengamalkannya. Namun sebaliknya, musibah yang menimpa umat ini disebabkan karena sikap acuh tak acuh kepada al-Qur’an dan meninggalkannya.
Rasulullah saw bersabda: ”Sesungguhnya Allah Swt meninggikan (derajat) ummat manusia ini dengan Al-Qur’an dan membinasakannya pula dengan Al-Qur’an.” (H.R Muslim).
Inilah rahasia mengapa generasi awal umat Islam (generasi sahabat, tabi’in dan tabi’itabi’in) menjadi generasi terbaik umat ini sebagaimana dinyatakan oleh Rasul saw. Mengapa demikian? Jawabannya adalah karena mereka mengamalkan al-Qur’an dan sunnah Rasul saw.
Maka Islampun berjaya pada masa-masa mereka, sehingga tersebar keseluruh penjuru dunia. Namun, setelah generasi tersebut sampai saat ini umat Islam meninggalkan al-Qur’an sehingga umat Islam menjadi lemah dan hina karena dijajah oleh orang kafir, bahkan dizalimi dan dibunuh seenaknya oleh orang kafir akibat meninggalkan al-Qur’an.
Kelima, orang yang membaca dan mendengar al-Qur’an akan mendapatkan sakinah, rahmah, doa malaikat dan pujian dari Allah.
Nabi saw bersabda: ”Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah (al-Qur’an) dan mempelajarinya, melainkan ketenangan jiwa bagi mereka, mereka diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah menyebut nama-nama mereka di hadapan para Malaikat yang ada di sisi-Nya.” (H.R Muslim).
Memang, membaca dan mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an menentramkan hati kita sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Swt, ““…Ingatlah, hanya dengan zikir (mengingat) Allah hati menjadi tenang.”. (Q.S Ar-Ra’d: 28). Al-Qur’an merupakan zikir yang paling afdhal (utama). Oleh karena itu, ketenangan tidaklah diperoleh dengan harta yang banyak, pangkat dan jabatan, namun diperoleh dengan sejauh mana interaksi kita dengan al-Qur’an.
Keenam, mendapat pahala yang berlipat ganda. Rasulullah Saw bersabda: ”Barangsiapa yang membaca satu huruf Kitabullah maka ia mendapat satu kebaikan, dan satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, tapi alif itu satu huruf.” (H.R at-Tirmizi)
Bahkan, membaca “alif lam mim” saja kita mendapatkan pahala sebanyak 30 kebaikan, maka bagaimana dengan membaca sejumah ayat-ayat yang dalam satu halaman al-Qur’an? Bahkan berapa jumlah pahala yang kita peroleh bila kita mampu membaca 1 juz dengan jumlah huruf ribuan atau ratusan ribu? Tentu pahalanya sangat banyak, bahkan kita tidak sanggup menghitungnya.
Demikianlah berbagai keutamaan dan keuntungan bagi orang yang membaca dan mempelajari al-Qur’an pada bulan-bulan biasa. Maka, terlebih  lagi pada bulan Ramadhan sebagai bulan al-Qur’an?! Tentu, pahalanya berlipat ganda dibandingkan dengan bulan-bulan biasa. Maka, sangatlah rugi bagi orang-orang yang tidak mau membaca dan mempelajari al-Qur’an, terlebih lagi di bulan Ramadhan yang dilipat gandakan pahala padanya. Dan keutamaan-keutamaan tersebut tidak dimiliki oleh bacaan lainnya selain al-Qur’an.
http://avivsyuhada.wordpress.com/2012/07/05/membaca-al-quran/
readmore »»  
Baca Selengkapnya..

Kamis, 09 Agustus 2012

NASIHAT KEHIDUPAN

1. Jika kita memelihara kebencian dan dendam maka seluruh waktu dan pikiran yang kita miliki akan habis, dan kita tidak akan pernah menjadi orang yang produktif.

2. Kekurangan orang lain adalah ladang pahala bagi kita untuk memaafkannya dan mendoakannya.

3. Bukan gelar atau jabatan yang menjadikan orang menjadi mulia. Jika kualitas pribadi buruk, semua itu hanyalah topeng tanpa wajah.

4. Ciri seorang pemimpin yang baik akan nampak dari kematangan pribadi, buah karya, serta integrasi antara kita dengan perbuatannya.

5. Jika kita belum bisa membagikan harta, kalau kita tidak bisa membagikan kekayaan, maka bagikanlah contoh kebaikan.

6. Jangan pernah menyuruh orang lain sebelum menyuruh diri sendiri; jangan pernah melarang orang lain sebelum melarang diri sendiri.

7. Pastikan kita sudah bersedekah hari ini, baik dengan materi, dengan ilmu, tenaga, atau minimal dengan seyuman yang tulus.

8. Para pembohong akan dipenjara oleh kebohongannya sendiri, sementara orang yang jujur akan menikmati kemerdekaan dalam hidupnya.

9. Bila memiliki banyak harta, kita akan menjaga harta. Namun jika kita memiliki banyak ilmu, maka ilmulah yang akan menjaga kita.

10. Kalau hati kita bersih, tak ada waktu untuk berpikir licik, curang, atau dengki sekalipun.

11. Bekerja keras adalah bagian dari fisik, bekerja cerdas merupakan bagian dari otak, sedangkan bekerja ikhlas ialah bagian dari hati.

12. Jadikanlah setiap kritik bahkan penghinaan yang kita terima sebagai jalan untuk memperbaiki diri.

13. Kita tidak pernah tahu kapan kematian akan menjemput kita, tapi kita tahu persis seberapa banyak bekal yang kita miliki untuk menghadapinya.
readmore »»  
Baca Selengkapnya..

Minggu, 15 April 2012

Nasehat Emas Imam Asy-Syafi’i

Beliau rahimahullah berkata dalam kitab Diwan Al-Imam Asy-Syafi’i,

Aku melihat pemilik ilmu hidupnya mulia walau ia dilahirkan dari orangtua terhina.
Ia terus menerus menerus terangkat hingga pada derajat tinggi dan mulia.
Umat manusia mengikutinya dalam setiap keadaan laksana pengembala kambing ke sana sini diikuti hewan piaraan.
Jikalau tanpa ilmu umat manusia tidak akan merasa bahagia dan tidak mengenal halal dan haram.

Diantara keutamaan ilmu kepada penuntutnya adalah semua umat manusia dijadikan sebagai pelayannya.
Wajib menjaga ilmu laksana orang menjaga harga diri dan kehormatannya.
Siapa yang mengemban ilmu kemudian ia titipkan kepada orang yang bukan ahlinya karena kebodohannya maka ia akan mendzoliminya.

Wahai saudaraku, ilmu tidak akan diraih kecuali dengan enam syarat dan akan aku ceritakan perinciannya dibawah ini:
Cerdik, perhatian tinggi, sungguh-sungguh, bekal, dengan bimbingan guru dan panjangnya masa.
Setiap ilmu selain Al-Qur’an melalaikan diri kecuali ilmu hadits dan fikih dalam beragama.
Ilmu adalah yang berdasarkan riwayat dan sanad maka selain itu hanya was-was setan.

Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru.
Sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya.
Barangsiapa belum merasakan pahitnya belajar walau sebentar,
Ia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.
Dan barangsiapa ketinggalan belajar di masa mudanya,
Maka bertakbirlah untuknya empat kali karena kematiannya.
Demi Allah hakekat seorang pemuda adalah dengan ilmu dan takwa.
Bila keduanya tidak ada maka tidak ada anggapan baginya.

Ilmu adalah tanaman kebanggaan maka hendaklah Anda bangga dengannya. Dan berhati-hatilah bila kebanggaan itu terlewatkan darimu.
Ketahuilah ilmu tidak akan didapat oleh orang yang pikirannya tercurah pada makanan dan pakaian.
Pengagum ilmu akan selalu berusaha baik dalam keadaan telanjang dan berpakaian.
Jadikanlah bagi dirimu bagian yang cukup dan tinggalkan nikmatnya tidur
Mungkin suatu hari kamu hadir di suatu majelis menjadi tokoh besar di tempat majelsi itu.

***
Disadur dari kitab Kaifa Turabbi Waladan Shalihan (Terj. Begini Seharusnya Mendidik Anak), Al-Maghrbi bin As-Said Al-Maghribi, Darul Haq.
Artikel Muslimah.or.id
readmore »»  
Baca Selengkapnya..

Jumat, 10 Februari 2012

Mengapa Al-Quran Tak Berguna Bagi Anda..?


Pagi itu dalam berita TV ada seseorang menyatakan..
“Al-Quran itu tak berguna!”

Bagaimana reaksi anda jika mendengar pernyataan tersebut..?
Anda akan manggut-manggut setuju atau anda menentang keras tidak setuju..?
Jika anda memilih pilihan yang kedua.. anda benar..! Angkat dua jempol untuk anda.

Demikian juga Sang Ayah..
seorang pengusaha miskin juga amat tersinggung mendengar pernyataan dalam berita TV pagi itu..

Hari berikutnya anaknya bertanya..
“Ayah.. betulkah Al-Quran itu berguna..?”

“Sangat betul..sangat berguna...!
Al-Quran itu firman Allah. huda linnaas.. petunjuk bagi manusia…
tentu saja sangat berguna untuk kita semua.” Tukas Sang Ayah dengan penuh semangat..

“Kalau…..”.. Anaknya ragu untuk melanjutkan kata-katanya.

“Kalau apa Nak..?.. Sang Ayah mendekati anaknya.

“Kalau koran itu..?” Tanya anaknya kemudian.

“Ooowhhh…. Koran ini juga sangat berguna untuk melihat perkembangan bisnis ayah..

“Kalau ayah menganggap Al-Quran sangat berguna..kenapa Ayah tidak pernah membacanya seperti membaca koran itu..?”

Gleegeeerrrr…..!!! Sang Ayah bagai disambar petir pagi itu…
klepek-klepek..tak berkutik...
Pertanyaan ini benar-benar seperti pukulan halilintarnya Wiro Sableng..

Benar.. Sang Ayah selama ini tak pernah membaca Al-Quran satu ayat pun..apalagi mempelajarinya...
Sang Ayah selama ini menganggap Al-Quran berguna hanya sebatas lisan...
Dia pun tersinggung tatkala orang lain mengatakan Al-Quran tidak berguna..
Tapi sesungguhnya tindakan Sang Ayah justru menyatakan “Al Quran itu tidak berguna”.

Kalau memang merasa Al-Quran sangat berguna..
mengapa dia tak pernah menyentuhnya..?
Mengapa tak seperti koran yang setiap hari hatam dibacanya..?

Alhamdulillah..
Allah telah memberikan hidayah kepada Sang Ayah melalui anaknya...
Sekarang Sang Ayah rajin membaca Al-Quran dan mempelajarinya...
Semoga hidayah Allah juga turun untuk kita semua..

Nah….
hari ini Sang Ayah menemui anda dan bertanya..
“Mengapa Al-Quran tak berguna bagi anda…….?”

“Jika merasa tidak demikian..bacalah dan pelajarilah isinya..!” pesan Sang Ayah.

Tolong anda tanyakan juga kepada sahabat anda dengan share artikel Islami ini...

Sumber.
readmore »»  
Baca Selengkapnya..

APAKAH KITA YANG DIRINDUKAN RASULULLAH?



Kita punya cara untuk mengenang orang paling mulia di dunia, Nabi Muhammad saw.Catatan ringkas ini semoga menjadi renungan buat kita.

Berteladan kepada Nabi shalallaahu 'alaihi wa sallam agar kita menjadi ummat yang dirindunya. Bagaimana beliau?

1.) Kalau ada pakaian yang koyak, Nabi saw menambalnya sendiri tanpa perlu menyuruh isterinya. Beliau juga memerah susu kambing untuk keperluan keluarga maupun untuk dijual.

2.) Setiap kali pulang ke rumah, bila belum tersaji makanan karena masih dimasak, sambil tersenyum beliau menyingsingkan lengan bajunya untuk membantu isterinya di dapur. Aisyah menceritakan bahwa kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu membantu urusan rumahtangga.

3.) Jika mendengar azan, beliau cepat-cepat berangkat ke masjid, dan cepat-cepat pula kembali sesudahnya.

4.) Pernah beliau pulang menjelang pagi hari. Tentulah beliau teramat lapar waktu itu. Namun dilihatnya tiada apa pun yang tersedia untuk sarapan. Bahkan bahan mentah pun tidak ada karena ‘Aisyah belum ke pasar. Maka Nabi bertanya, “Belum ada sarapan ya Khumaira?’ Aisyah menjawab dengan agak serba salah, ‘Belum ada apa-apa wahai Rasulullah.’ Rasulullah lantas berkata, ‘Jika begitu aku puasa saja hari ini.’ tanpa sedikit tergambar rasa kesal di raut wajah beliau.

5.) Sebaliknya Nabi saw sangat marah tatkala melihat seorang suami sedang memukul isterinya. Rasulullah menegur, ‘Mengapa engkau memukul isterimu?’ Lantas lelaki itu menjawab dengan gementar, “Isteriku sangat keras kepala! Sudah diberi nasihat dia tetap membangkang juga, jadi aku pukul dia.” Jelas lelaki itu.

“Aku tidak bertanya alasanmu,” sahut Nabi saw.

“Aku menanyakan mengapa engkau memukul teman tidurmu dan ibu dari anak-anakmu?”

6.) Kemudian Nabi saw bersabda,”Sebaik-baik suami adalah yang paling baik, kasih dan lemah-lembut terhadap isterinya.’ Prihatin, sabar dan tawadlu’nya beliau dalam posisinya sebagai kepala keluarga langsung tidak sedikitpun merubah kedudukannya sebagai pemimpin umat.

7.) Pada suatu ketika Nabi saw menjadi imam shalat. Dilihat oleh para sahabat, pergerakan Nabi antara satu rukun ke rukun yang lain agak melambat dan terlihat sukar sekali. Dan mereka mendengar bunyi gemeretak seakan sendi-sendi di tubuh Nabi mulia itu bergeser antara satu dengan yang lain. Lalu Umar ra tidak tahan melihat keadaan Nabi yang seperti itu langsung bertanya setelah shalat.

‘Ya Rasulullah, kami melihat sepertinya engkau menanggung penderitaan yang amat berat. Sakitkah engkau ya Rasulullah?”

“Tidak, ya Umar. Alhamdulillah, aku sehat wal ‘afiat.”

“Ya Rasulullah.. .mengapa setiap kali engkau menggerakkan tubuh, kami mendengar suara gemeretak pada sendi-sendi tulangmu? Kami yakin engkau sedang sakit…” desak Umar penuh cemas.

Akhirnya Rasulullah mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut. Ternyata perut beliau yang kempis, kelihatan dililit sehelai kain yang berisi batu kerikil, untuk menahan rasa lapar beliau. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi gemeretak setiap kali bergeraknya tubuh beliau.

“Ya Rasulullah! Apakah saat engkau menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kemudian kami tidak akan mengusahakannya buat engkau?’

Lalu Nabi saw menjawab dengan lembut, “Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah akan aku jawab di hadapan ALLAH nanti, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban kepada umatnya?’ ‘Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah ALLAH buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak.”

8.) Nabi saw pernah tanpa rasa canggung sedikitpun makan di sebelah seorang tua yang dipenuhi kudis, miskin dan kotor.

9.) Beliaupun hanya diam dan bersabar ketika kain sorbannya ditarik dengan kasar oleh seorang Arab Badawi hingga berbekas merah di lehernya. Begitupun dengan penuh rasa kehambaan beliau membersihkan tempat yang dikencingi seorang arab Badawi di dalam masjid sebelum beliau tegur dengan lembut perbuatan itu.

10.) Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH swt dan rasa penghambaan yang sudah menghunjam dalam diri Rasulullah saw menolak sama sekali rasa ingin diistimewakan (dipertuan).

11.) Seolah-olah anugerah kemuliaan dari ALLAH langsung tidak dijadikan sebab untuknya merasa lebih dari yang lain, ketika di depan keramaian (publik) maupun saat seorang diri.

12.) Pintu Syurga terbuka seluas-luasnya untuk Nabi, namun beliau masih tetap berdiri di sepinya malam, terus-menerus beribadah hingga pernah beliau terjatuh lantaran kakinya bengkak-bengkak.

13.) Fisiknya sudah tidak mampu menanggung kemauan jiwanya yang tinggi. Bila ditanya oleh ‘Aisyah, ‘Ya Rasulullah, bukankah engaku telah dijamin Syurga? Mengapa engkau masih bersusah payah begini?’ Jawab baginda dengan lembut, ‘Ya ‘Aisyah, bukankah aku ini hanyalah seorang hamba? Sesungguhnya aku ingin menjadi hamba-Nya yang bersyukur.’

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al-Ahzab:21)

Katakanlah (Muhammad): “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Ali Imran :31)
آللّهُمَ صَلّیۓِ ۈسَلّمْ عَلۓِ سَيّدنَآ مُحَمّدْ وَ عَلۓِ آلِ سَيّدنَآ مُحَمَّدٍ

Oleh: Aidil Heryana, S.Sosi

dakwatuna.com/Sumber
readmore »»  
Baca Selengkapnya..