Sebuah
pesantren di daerah Jawa Tengah memberikan cerita hikmah untuk kita
semua. Ceritanya dimulai beberapa tahun yang lalu saat pengurus
pesantren tersebut tepatnya pemilik pondokan (sebutan sebuah pesantren)
memelihara seekor burung Beo!!!.
Bertahun-tahun Kiai mengajarkan sebuah kalimat kepada beo itu. Kalimat yang sering kita baca dalam sholat. kalimat tauhid,
”Laillahaillallah Muhammadarrasulullah” terus diajarkan kepada beo. Hingga begitu lancarnya di lafadzkan oleh burung beo.
Selama beberapa lama pondokan diramaikan kalimat tauhid yang di ucapkan si burung beo.
Memberikan suasana dzikir para santri semakin berwarna.
Ada kebanggaaan sendiri melihat seekor burung bersuara kalimat tauhid.
Pada suatu hari ketika Pemilik Pondok itu terlelap tidur, sangkar
burung terbuka dengan waktu yang sama, seekor kucing sedang mengendap
dan menunggu masa untuk menangkap burung itu, ketika terlelap si Kucing
telah mengambil kesempatan untuk menerkam burung itu..Pemilik Pondok
terkejut mendengar suara ribut burung Beo yg kesakitan, pemilik pondok
bangun dan mengusir kucing itu, dan mencoba menyelamatkan burung itu,
malangnya burung Beo itu telah lemah akibat gigitan kucing tadi. Burung
itu mengerang kesakitan dipangkuan Pemilik Pondok sampai terdiam. tidak
bernyawa.Dengan rasa sedih pemilik pondok mengubur Burung Beo yg telah
mati, Dia sangat kehilangan burung Beo yg selalu menjadi penghibur
hatinya selepas lelah mengajar,..
Semejak kematian burung Beo, Pemilik pondok selalu diam dan termenung hingga menimbulkan tandatanya pada para santrinya ,...
Para santri datang menanyakan kenapa Guru begitu sedih sekali setelah kematian burung Beo?
Apakah Guru terlalu sayang pada burung Beo hingga menyebabkan guru bersedih? tanya salah satu santri..
Pemilik Pondok menjawab " Kesedihan terhadap kematian burung Beo tidak sampai sesedih itu,
tapi Guru memikirkan betapa burung itu mampu berkata Tauhid dengan baik walau tidak memahami apa yg disebutkannya..
Coba kalian bayangkan burung itu setiap hari dimulutnya mengucapkan
kalimat Tauhid " Tetapi disaat kematiannya, dia hanya mengerang
kesakitan dan tidak menyebut kalimat Tauhid yg selalu diucapkannya
sewaktu hidup,..
Dari peristiwa itu saya berpikir,..Apakah saya juga akan begitu disaat sakaratul maut nanti.
Walaupun saya sering mengajarkan kalian ilmu Al-Qur'an, kita sering
ber'ibadah, tetapi saya amat takut tidak bisa mengucap kalimat
Syahadat,..
"Apakah saya mampu menahan sakit sakaratul maut hingga lupa mengucap kalimat Syahadat disaat akhir hidup saya nanti"
Barulah Para Santri tau, kenapa Pemilik Pondok (GURU) sering termenung selepas kematian burung Beo nya itu...
Jika Guru yg banyak Ilmu dan Amalan juga risau akan tiba sakaratul Maut...
Coba Pikirkan Bagaimanakah kita? ...
Sudahkah kita dalami Syahadat dengan ilmu yg cukup?..
Sudahkah kita tunaikan tuntunan-tuntunan Syahadah itu?..
Sudahkah kita sempunakan Syahadat dengan amal dan ketaatan dengan secukupnya?...
Sudahkan kita meninggalkan perkara-perkara yg merusak Syahadat kita?..
Ataukah kita tidak pernah mau berpikir dan tidak ambil peduli dengan Syahadah yang ada pada kita?...
Dan tidak pernah berpikir Apakah kita mampu mengucapkan kalimat
Syahadat itu nanti ketika kita sedang bergelut dengan sakitnya sakaratul
Maut?..
Saat-saat terak'hir kita didunia untuk menuju alam pembalasan "
Beramal dan Ber'Doalah untuk saat yang PASTI itu..
Ya Allah, akhirilah hidup kami dengan HUSNUL- KHATIMAH( akhir yg baik )
.. dan Jangan KAU Akhiri Hidup Kami dengan SUU-UL-KHATIMAH ( akhir yg
buruk )...aamiin
Selamat merenung
readmore »»
Baca Selengkapnya..