Kamis, 25 Agustus 2011

Tangis Perpisahan


Apakah kita termasuk yang merindukan kehadiran bulan Ramadhan, saudaraku? Jika ya, inilah keindahan bulan yang kita sangat rindukan itu sedang bersama kita. Inilah detik demi detik waktu, kita lalui bersamanya. Inilah masa-masa bahagia, masa-masa semakin dekatnya jiwa bersama Allah, masa-masa kedamaian, hal yang belum tentu kita temui saat ia tidak bersama kita lagi.

Saudaraku,
Hiruplah dalam-dalam udara malam-malamnya. Hiruplah dalam-dalam udara sahurnya. Kita kini sedang berada pada hari-hari perpisahan yang sangat memilukan. Perpisahan dengan bulan mulia yang telah hadir bersama seluruh keindahan dan keistimewaannya bersama kita. Perpisahan dengan bulan terindu yang keutamaannya tak dapat dikalahkan oleh apapun yang terindah dalam hidup.

Jika Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa melakukan satu ibadah sunnah dalam bulan Ramadhan, maka ia seperti orang yang melakukan ibadah wajib di bulan selain Ramadhan. Dan barang siapa yang melakukan ibadah wajib di bulan Ramadhan maka ia seperti orang yang melaksanakan 70 ibadah wajib di selain bulan Ramadhan". (HR Ibnu Khuzaimah). Maka, berpisah dengan bulan ini berarti kita meninggalkan kesempatan meraih pahala kebaikan yang berlipat-lipat.

Jika Rasulullah SAW bersabda, "Ada dua kegembiraan bagi orang yang berpuasa, kegembiraan saat berbuka dan kegembiraan tatkala bertemu dengan Allah." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).. Maka, perpisahan dengan bulan ini, berarti terlewatnya dua momentum kegembiraan di kala buka puasa itu.

Jika Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang berpuasa karena keimanan dan semata-mata mengharap pahala, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu. (HR. AlBukhari dan Muslim). Maka, perpisahan dengan bulan ini adalah hilangnya kesempatan kita untuk memperoleh ampunan Allah SWT terhadap dosa-dosa kita yang menggunung.

Saudaraku,
Jika Rasululah SAW bersabda, "Barangsiapa yang menunaikan qiyamul lail pada bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan pahala, niscaya akan diampuni dosa-dosa-nya yang telah lalu." (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Maka usainya kebersamaan kita dengan bulan Ramadhan adalah lenyapnya kesempatan kita untuk menunaikan sholat malam dengan jaminan pahala ampunan atas dosa dan kekhilafan, yang kita sudah tenggelam di dalamnya.

Jika Rasulullah SAW bersabda, "Siapa saja yang shalat tarawih bersama imam hingga selesai, akan ditulis baginya pahala shalat semalam suntuk (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah) Lalu bagaimana dengan kualitas ibadah shalat tarawih yang sudah kita lakukan? Perpisahan dengan bulan suci ini, berarti juga kita akan kehilangan pahala shalat tarawih. Kehilangan pahala semalam suntuk.

Saudaraku,
Jika para salafushalih, selama bulan ini berlomba memperbanyak membaca AlQur’an. Malaikat Jibril memperdengarkan AlQuran kepada Rasulullah SAW pada bulan Ramadhan. Utsman bin Affan mengkhatamkan Al-Qur’an setiap hari pada bulan Ramadhan. Sebagian salafushalih mengkhatamkan Al-Qur’an dalam shalat tarawih setiap tiga malam sekali, tujuh malam sekali dan sepuluh malam sekali. Mereka selalu membaca AlQur’an baik di dalam shalat maupun di luar shalat. Jika Imam Asy-Syafi’i dapat mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak enam puluh kali di luar shalat dalam bulan Ramadhan. Sementara Al-Aswad mengkhatamkannya setiap dua hari sekali. Qatadah selalu mengkhatamkannya setiap tujuh hari sekali di luar Ramadhan, sedangkan pada bulan Ramadhan ia mengkhatamkannya setiap tiga hari sekali. Dan pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan ia mengkhatamkannya setiap malam. Pada bulan Ramadhan Imam Az-Zuhri menutup majlis-majlis hadits dan majlis-majlis ilmu yang biasa diisinya. Ia mengkhususkan diri membaca Al-Quran dari mushaf. Dan Imam Ats Tsauri, beliau meninggalkan ibadah-ibadah lain dan mengkhususkan diri untuk membaca Al-Quran.

Saudaraku,
jika mereka demikian tinggi semangat dan mujahadahnya (kesungguhannya) membaca Al-Qur’an di bulan ini. Bagaimana dengan ibadah membaca Al Qur’an yang kita lakukan? Bila Ramadhan berlalu, berarti kita pun kehilangan kesempatan agung untuk memperoleh barakah istimewa dari membaca Al Quran di bulan ini…

Jika Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan (QS. Al-Qadr: 1-3). Dan jika Rasulullah SAW senantiasa mencari malam Lailatul Qadr dan memerintahkan sahabat untuk mencarinya. Beliau membangunkan keluarganya pada malam sepuluh terakhir dengan harapan mendapat malam Lailatul Qadr. Jika dalam Musnad Ahmad dari Ubadah, Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang bangun sebagai usaha untuk mendapat malam Lailatul Qadr, lalu ia benar-benar mendapatkannya, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang."

Jika kaum salaf dari kalangan sahabat dan tabiin mandi dan memakai minyak wangi pada sepuluh malam terakhir untuk mencari malam Lailatul Qadr, malam yang telah dimuliakan dan diangkat derajatnya oleh Allah. Maka perginya bulan ini dari sisi kita, berarti terlewatnya kesempatan yang tak pernah terbayar dalam seluruh hidup kita sekalipun. Berarti, lenyapnya kesempatan kita memperoleh keberuntungan 1000 bulan yang sangat jauh lebih lama ketimbang usia kita sendiri.

Saudaraku,
Jangan sia-siakan detik detik perpisahan ini. Rasakan benar-benar kehadiran kita di sini, di bulan ini. Lantunkan dzikir, tilawah Al Qur’an, munajat, permohonan ampun di sini. Buang kepenatan, hilangkan rasa lelah, dan paksalah diri ini. Hanya untuk hari-hari terakhir menjelang perpisahan dengan bulan penuh kemuliaan. Kejarlah segala yang terluput dari diri kita pada malam Lailatul Qadr. Sekarang, saudaraku. Jangan tunda lagi.

Dan, menangislah. Karena kita pun harus berpisah dengan bulan ini…
readmore »»  
Baca Selengkapnya..

Rabu, 24 Agustus 2011

Mutiara Nasehat al-Habib Umar bin Hafidz

1. Penuhilah hatimu dengan kecintaan terhadap saudaramu niscaya akan menyempurnakan kekuranganmu dan mengangkat derajatmu di sisi Allah.
2. Barang siapa Semakin mengenal kepada Allah niscaya akan semakin takut.
3. Barang siapa yang tidak mau duduk dengan orang beruntung, bagaimana mungkin ia akan beruntung dan barang siapa yang duduk dengan orang beruntung bagaimana mungkin ia tidak akan beruntung.
4. Barang siapa menjadikan kematiaannya sebagai pertemuan dengan sang kekasih (Allah), maka kematian adalah hari raya baginya.
5. Barang siapa percaya pada Risalah (terutusnya Rasulullah), maka ia akan mengabdi padanya. Dan barang siapa percaya pada risalah, maka ia akan menanggung (sabar) karenanya. Dan barang siapa yang membenarkan risalah, maka ia akan mengorbankan jiwa dan hartanya untuknya.
6. Kedekatan seseorang dengan para nabi di hari kiamat menurut kadar perhatiannya terhadap dakwah ini.
7. Betapa anehnya bumi, semuanya adalah pelajaran. Kukira tidak ada sejengkal tanah di muka bumi kecuali di situ ada ibrah (pelajaran) bagi orang yang berakal apabila mau mempelajarinya.
8. Sebaik-baik nafsu adalah yang dilawan dan seburuk-buruk nafsu adalah yang diikuti.
9. Tanpa menahan hawa nafsu maka manusia tidak akan sampai pada Tuhannya sama sekali dan kedekatan manusia terhadap Allah menurut kadar pembersihan jiwanya.
10. Jikalau sebuah hati telah terbuka, maka akan mendapatkan apa yang diinginkan.
11. Barang siapa yang mempunyai samudra ilmu kemudian kejatuhan setetes hawa nafsu, maka hawa nafsu itu akan merusak samudra tersebut.
12. Sesaat dari saat-saat khidmat (pengabdian) , lebih baik daripada melihat arsy dan seisinya seribu kali.
13. Menyatunya seorang murid dengan gurunya merupakan permulaan di dalam menyatunya dengan Rasulullah SAW. Sedangkan menyatunya dengan Rasulullah SAW merupakan permulaan untuk fana pada Allah (lupa selain Allah)
14. Manusia di setiap waktu senantiasa terdiri dari dua golongan, golongan yang diwajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas sujud dan golongan yang di wajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas keingkaran.
15. Barang siapa yang menuntut keluhuran, maka tidak akan peduli terhadap pengorbanan.
16. Sesungguhnya di dalam sujud terdapat hakikat yang apabila cahanya turun pada hati seorang hamba, maka hati tersebut akan sujud selama-lamanya dan tidak akan mengangkat dari sujudnya.
17. Beliau RA berkata tentang dakwah, Yang wajib bagi kita yaitu harus menjadi daI dan tidak harus menjadi qodli atau mufti (katakanlah wahai Muhammad SAW inilah jalanku, aku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang jelas aku dan pengikutku) apakah kita ikut padanya (Rasulullah) atau tidak ikut padanya? Arti dakwah adalah memindahkan manusia dari kejelekan menuju kebaikan, dari kelalaian menuju ingat kepada Allah, dan dari keberpalingan kembali menuju kepada Allah, dan dari sifat yang buruk menuju sifat yang baik.
18. Syetan itu mencari sahabat-sahabatnya dan Allah menjaga kekasih-kekasih- Nya.
19. Apabila ibadah agung bagi seseorang maka ringanlah adap (kebiasaan) baginya dan apabila semakin agung nilai ibadah dalam hati seseorang maka akan keluarlah keagungan adat darinya.
20. Bila benar keluarnya seseorang (di dalam berdakwah), maka ia akan naik ke derajat yang tinggi.
21. Keluarkanlah rasa takut pada makhluk dari hatimu maka engkau akan tenang dengan rasa takut pada kholiq (pencipta) dan keluarkanlah berharap pada makhluk dari hatimu maka engkau akan merasakan kenikmatan dengan berharap pada Sang Kholiq.
22. Banyak bergurau dan bercanda merupakan pertanda sepinya hati dari mengagungkan Allah dan tanda dari lemahnya iman.
23. Hakikat tauhid adalah membaca Al Qur’an dengan merenungi artinya dan bangun malam.
24. Tidak akan naik pada derajat yang tinggi kecuali dengan himmah (cita-cita yang kuat).
25. Barang siapa memperhatikan waktu, maka ia akan selamat dari murka Allah.
26. Salah satu dari penyebab turunnya bencana dan musibah adalah sedikitnya orang yang menangis di tengah malam.
27. Orang yang selalu mempunyai hubungan dengan Allah, Allah akan memenuhi hatinya dengan rahmat di setiap waktu.
28. Salah satu dari penyebab turunnya bencana dan musibah adalah sedikitnya orang yang menangis di tengah malam.
Sumber milist majelisrasulullah@yahoogroups.com, pengirim “T.Fidriansyah” <fidri@yahoo.com>
readmore »»  
Baca Selengkapnya..

Kisah seorang Syeikh yang suka bersyair memuji Rasulullah SAW

Ada seorang syeikh yg hidup di madinah beberapa ratus tahun lalu. Syeikh tersebut setiap tahun selalu menyampaikan syair2 pujian di hadapan maqam Rasulullah SAW.

Pada suatu ketika, itu syeikh diundang bertamu ke rumah seorang terpandang di madinah untuk sekedar jamuan makan (yang merupakan tradisi di negeri-negeri Arab bila ada oarng asing diundang ke rumah untuk dijamu). Si syeikh tersebut memenuhi undangan itu, namun sesampainya di rumah orang yang mengundang itu, sang pemilik rumah menyatakan maksud sebenarnya bahwa ia tidak suka ada orang baca syair puji-pujian tentang Rasulullah. Maka pemilik rumah itu pun memotong lidah si syeikh itu. Syeikh itu kemudian pulang dengan membawa 2 rasa pedih dan sakit. Kesakitan pertama, ia kehilangan lidahnya. Kesakitan kedua dan lebih perih, ia tidak bisa bersyair memuji Rasulullah lagi

Maka ketika di tahun berikutnya, di saat biasanya si syeikh bersyair memuji Rasulullah, ia hanya bisa bersedih dan datang mengadu kepada Rasulullah di maqam beliau. Ia berkata, “jika engkau wahai Rasulullah, selama ini tidak ridho (tidak suka) dengan perbuatanku (bersyair memuji Rasulullah), maka biarlah lidahku seperti ini. Namun jika engkau menyukainya, maka aku minta agar lidahku kembali lagi.” (kurang lebih seperti itu kata-katanya).

Setelah itu, ia tertidur. Dalam tidurnya, syeikh itu bermimpi bertemu Rasulullah SAW. Beliau mengatakan bahwa beliau menyukai syair2 pujian yang ditujukan syeikh itu kepada beliau. Dengan cara bagaimana, walhasil lidah si syeikh setelah bangun sudah utuh kembali.

Tidak berselang lama, syeikh tadi di undang oleh seseorang ke rumahnya. Ketika sampai di rumah tersebut, dia ingat kalau rumah tersebut adalah rumah dari orang yang memotong lidahnya tahun lalu. Maka syeikh tadi bertemu dengan orang yang mengundangnya, dan menceritakan kejadian yang ia alami tahun sebelumnya di rumah itu. Orang yang mengundang berkata bahwa ia adalah anak dari orang yang memotong lidah syeikh itu dan ia sengaja meminta syeikh itu untuk melantunkan syair pujian kepada Rasulullah langsug di rumahnya. Lalu, anak dari orang yang memotong lidah syeikh itu membawa si syeikh ke sebuah kandang besar berisi kera yang juga besar. Orang itu menceritakan bahwa setelah ayahnya memotong lidah si syeikh, lalu ayahnya berubah menjadi seekor kera yang besar. Orang itu pun meminta kepada si syeikh untuk memaafkan perbuatan ayahnya dan memohon didoakan. Syeikh itu kemudian mendoakan, kemudian kera itu pun akhirnya meninggal.

Dari kejadian nyata di Madinah beberapa ratus tahun lalu itu kita dapat pelajaran bahwa syair-syair pujian (yg sekarang dikenal qasidah) bukanlah sesuatu yg dilarang, atau bahkan,bid’ah, syirik. Malah merupakan sunnah, dimana ketika di zaman Rasulullah, ada seorang sahabat bernama Hasan bin Tsabit yg suka melantunkan syair memuji Rasulullah. Namun Rasul SAW bukan melarangnya bahkan justru mendoakannya “Yaa Allah, tolonglah Hasan bin Tsabit dgn Ruhul Quddus (malaikat Jibril as)”.

Sumber http://www.facebook.com/notes/drahman-ahmad/kisah-seorang-syeikh-yang-suka-bersyair-memuji-rasulullah-saw/245892078821
readmore »»  
Baca Selengkapnya..

Biodata Ringkas Rasulullah Sayyidina Muhammad SAW.


Nama: Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Abdul Muttalib bin Hashim
Tanggal lahir: Subuh Isnin, 12 Rabiulawal / 20 April 571M (dikenali sebagai tahun gajah; peristiwa tentera bergajah Abrahah yang menyerang kota Ka’abah)
Tempat lahir: Di rumah Abu Talib, Makkah Al-Mukarramah
Nama bapak: ‘Abdullah bin ‘Abdul Muttalib bin Hashim
Nama ibu: Aminah binti Wahab bin ‘Abdul Manaf
Pengasuh pertama: Barakah Al-Habsyiyyah (digelar Ummu Aiman. Hamba perempuan bapa Rasulullah SAW)
Ibu susu pertama: Thuwaibah (hamba perempuan Abu Lahab)
Ibu susu kedua: Halimah binti Abu Zuaib As-Sa’diah (lebih dikenali Halimah As-Sa’diah. Suaminya bernama Abu Kabsyah)

USIA 5 TAHUN
Peristiwa pembelahan dada Rasulullah SAW yang dilakukan oleh dua malaikat untuk mengeluarkan bagian syaitan yang wujud di dalamnya.

USIA 6 TAHUN
. Ibunya Aminah binti Wahab ditimpa sakit dan meninggal dunia di Al-Abwa’ (sebuah kampung yang terletak di antara Mekah dan Madinah)
· Baginda dipelihara oleh Ummu Aiman (hamba perempuan bapak Rasulullah SAW) dan dibiayai oleh datuknya ‘Abdul Muttalib.

USIA 8 TAHUN
· Datuknya, ‘Abdul Muttalib pula meninggal dunia.
· Baginda dipelihara pula oleh bapak saudaranya, Abu Talib.

USIA 9 TAHUN
. (Setengah riwayat mengatakan pada usia 12 tahun). · Bersama bapak saudaranya, Abu Talib bermusafir ke Syam atas urusan perniagaan.
· Di kota Busra, negeri Syam, seorang pendita Nasrani bernama Bahira (Buhaira) telah bertemu ketua-ketua rombongan untuk menceritakan tentang pengutusan seorang nabi di kalangan bangsa Arab yang akan lahir pada masa itu.

USIA 20 TAHUN
· Terlibat dalam peperangan Fijar. Ibnu Hisyam di dalam kitab ‘Sirah’, jilid1, halaman 184-187 menyatakan pada ketika itu usia Muhammad SAW ialah 14 atau 15 tahun. Baginda menyertai peperangan itu beberapa hari dan berperanan mengumpulkan anak-anak panah saja.
· Menyaksikan ‘ perjanjian Al-Fudhul’; perjanjian damai untuk memberi pertolongan kepada orang yang dizalimi di Mekah.

USIA 25 TAHUN
· Bermusafir kali kedua ke Syam atas urusan perniagaan barangan Khadijah binti Khuwailid Al-Asadiyah.
· Perjalanan ke Syam ditemani oleh Maisarah; lelaki suruhan Khadijah.
· Baginda SAW bersama-sama Abu Talib dan beberapa orang bapak saudaranya yang lain pergi berjumpa Amru bin Asad (bapak saudara Khadijah) untuk meminang Khadijah yang berusia 40 tahun ketika itu.
· Mas kawin baginda kepada Khadijah adalah sebanyak 500 dirham.

USIA 35 TAHUN
· Banjir besar melanda Mekah dan meruntuhkan dinding Ka’abah.
· Pembinaan semula Ka’abah dilakukan oleh pembesar-pembesar dan penduduk Mekah. · Rasulullah SAW diberi kemuliaan untuk meletakkan ‘Hajarul-Aswad’ ke tempat asal dan sekaligus meredakan pertelingkahan berhubung perletakan batu tersebut.

USIA 40 TAHUN
Menerima wahyu di gua Hira’ sebagai perlantikan menjadi Nabi dan Rasul akhir zaman.

USIA 53 TAHUN
· Berhijrah ke Madinah Al-Munawwarah dengan ditemani oleh Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq.
· Sampai ke Madinah pada tanggal 12 Rabiulawal/ 24 September 622M.

USIA 63 TAHUN
Kewafatan Rasulullah SAW di Madinah Al-Munawwarah pada hari Isnin, 12 Rabiulawal tahun 11H/ 8 Jun 632M.

ISTERI-ISTERI RASULULLAH SAW.
§ Khadijah Binti Khuwailid
§ Saudah Binti Zam’ah
§ ‘Aisyah Binti Abu Bakar (putri Sayyidina Abu Bakar)
§ Hafsah binti ‘Umar (putri Sayyidina ‘Umar bin Al-Khattab)
§ Ummi Habibah Binti Abu Sufyan
§ Hindun Binti Umaiyah (digelar Ummi Salamah)
§ Zainab Binti Jahsy
§ Maimunah Binti Harith
§ Safiyah Binti Huyai bin Akhtab
§ Zainab Binti Khuzaimah (digelar ‘Ummu Al-Masakin’; Ibu Orang Miskin)

ANAK-ANAK RASULULLAH SAW
1. Qasim
2. Abdullah
3. Ibrahim
4. Zainab
5. Ruqaiyah
6. Ummi Kalthum
7. Fatimah Al-Zahra’

.Sumber
readmore »»  
Baca Selengkapnya..